Kodok (bahasa Inggris: frog)
dan katak alias bangkong (b. Inggris: toad)
adalah hewan amfibia
yang paling dikenal orang di Indonesia.
Anak-anak biasanya menyukai kodok dan katak karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat,
tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan. Hanya orang dewasa yang kerap
merasa jijik atau takut yang tidak beralasan terhadap kodok.
Kedua macam hewan ini
bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk,
berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor).
Kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang.
Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai
berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja,
sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering
pula dipertukarkan penggunaannya.
Kehidupan kodok dan katak
Kodok dan katak
mengawali hidupnya sebagai telur
yang diletakkan induknya di air,
di sarang busa, atau di
tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan
menyimpan telurnya di antara lumut-lumut
yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di
punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya
hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil.Sekali bertelur katak bisa
menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung
sebanyak tiga kali dalam setahun.
Telur-telur kodok dan
katak menetas menjadi berudu
atau kecebong (b. Inggris: tadpole),
yang bertubuh mirip ikan
gendut, bernafas dengan insang
dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki
belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor
dan bergantinya insang dengan paru-paru.
Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak
kecil.
Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu,
misalnya pada saat bulan mati
atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk
memanggil betinanya,
dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya
limnocharis) dan kintel lekat
alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di
mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan.
Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di
sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.
Pembuahan
pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung
betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di
air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang
pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa
membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
Telur
kodok
Dua
ekor berudu
Habitat dan makanan
Kodok dan katak hidup
menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin
tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat (temperate), jumlah jenis kodok
cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan
berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan
hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya.
Hewan ini dapat
ditemui mulai dari hutan rimba, padang pasir,
tepi-tepi sungai
dan rawa, perkebunan dan sawah, hingga ke lingkungan pemukiman
manusia. Bangkong kolong, misalnya, merupakan salah satu jenis katak yang kerap
ditemui di pojok-pojok rumah atau di balik pot di halaman. Katak pohon menghuni
pohon-pohon rendah dan semak belukar, terutama di sekitar saluran air atau
kolam.
Kodok memangsa
berbagai jenis serangga yang ditemuinya. Kodok kerap ditemui berkerumun di
bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkapi serangga-serangga
yang tertarik oleh cahaya lampu tersebut.
Sebaliknya, kodok
juga dimangsa oleh pelbagai jenis makhluk
yang lain: ular, kadal, burung-burung seperti bangau dan elang, garangan, linsang,
dan juga dikonsumsi manusia.
Kodok membela diri
dengan melompat jauh, mengeluarkan lendir dan racun dari kelenjar di kulitnya;
dan bahkan ada yang menghasilkan semacam lendir pekat yang lengket, sehingga
mulut pemangsanya akan melekat erat dan susah dibuka.
Reproduksi
Pada saat
bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka
meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang
menjadi larva
dan mencari nutrisi
yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan
bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal
dengan metamorfosis.
Tidak seperti telur reptil
dan burung,
telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya
dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga
telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau berair.
Kodok dan manusia
Sudah sejak lama
kodok dikenal manusia sebagai salah satu makanan lezat. Di rumah-rumah makan Tionghoa,
masakan kodok terkenal dengan nama swie kee. Disebut 'ayam air' (swie:
air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging
putih mengingatkan pada paha ayam.
Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur,
telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur
kodok.
Katak berperan sangat
penting sebagai indikator pencemaran lingkungan. Tingkat pencemaran lingkungan
pada suatu daerah dapat dilihat dari jumlah populasi katak yang dapat ditemukan
di daerah tersebut. Latar belakang penggunaan katak sebagai indikator
lingkungan karena katak merupakan salah satu mahluk purba yang telah ada sejah
ribuan tahun lalu. Jadi katak tetap exist dengan perubahan iklim bumi. Tentunya
hanya pengaruh manusialah yang mungkin menyebabkan terancamnya populasi katak.
Salah satunya adalah pembuangan limbah berbahaya oleh manusia ke alam. Limbah
berbahaya inilah yang bisa mengancam keberadaan katak pada daerah yang
tercemar. Selain itu, karena pentingnya kedudukan katak dalam rantai makanan,
maka pengurangan jumlah katak akan menyebabkan terganggunya dinamika
pertumbuhan predator katak. Bahkan terganggunya populasi katak dapat berakibat
langsung dengan punahnya predator katak.
Akan tetapi yang
lebih mengancam kehidupan kodok sebenarnya adalah kegiatan manusia yang banyak
merusak habitat alami kodok, seperti hutan-hutan, sungai dan rawa-rawa. Apalagi
kini penggunaan pestisida
yang meluas di sawah-sawah juga merusak telur-telur dan berudu katak, serta
mengakibatkan cacat pada generasi kodok yang berikutnya.Jenis-jenis kodok dan katak
Beberapa jenis kodok
yang umum didapatkan di Indonesia, di antaranya adalah
- bangkong
bertanduk (Megophrys
montana), di gunung-gunung
- bangkong
serasah (Leptobrachium
hasseltii), di hutan
- bangkong sungai (Bufo asper), di
sekitar sungai
- bangkong kolong (B. melanostictus), di
lingkungan rumah
- belentung (Kaloula baleata)
- kongkang kolam (Rana chalconota), di
sekitar kolam, saluran air dan sungai
- kongkang gading (Rana erythraea), di kolam dan telaga
- bancet hijau (Occidozyga lima), di sawah-sawah
- kodok tegalan (Fejervarya limnocharis),
di sawah dan tegalan
- kodok sawah (Fejervarya cancrivora),
di sawah dan pematang
- kodok batu (Limnonectes macrodon),
di sekitar sungai dan saluran air di kebun
- katak-pohon bergaris (Polypedates leucomystax),
di dekat kolam dan genangan di kebun
- precil jawa (Microhyla achatina)
Kodok hutan:
- kongkang racun (Rana hosii), di hutan
pedalaman
- kodok-puru
hutan (Ingerophrynus
biporcatus)
- katak kepala-pipih kalimantan (Barbourula kalimantanensis),
berstatus terancam kepunahan, satu-satunya kodok yang tidak
berparu-paru
- bangkong tuli (Limnonectes kuhlii),
di tepi sungai atau aliran air
Berikut adalah
beberapa jenis kodok yang berstatus kritis dan terancam di Indonesia.
- kodok merah (Leptophryne cruentata),
berstatus kritis, endemik Jawa Barat
- kodok pohon ungaran (Philautus jacobsoni),
kritis, endemik hutan Jawa Tengah
- kongkang jeram (Hula masonii),
berstatus rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
- kodok pohon mutiara (Nytixalus margaritifer),
rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
- kodok pohon kaki putih (Philautus pallidipes),
rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
- kodok pohon jawa (Rhacophorus javanus),
rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
- Bufo valhallae, endemik di Pulau
Weh.
2 komentar:
Water Hack Burns 2 lb of Fat OVERNIGHT
Over 160,000 men and women are losing weight with a simple and secret "liquids hack" to burn 2lbs each and every night while they sleep.
It is proven and works on everybody.
This is how you can do it yourself:
1) Get a drinking glass and fill it up with water half the way
2) And now follow this weight losing HACK
and you'll be 2lbs skinnier as soon as tomorrow!
Casino Player Reviews 2021 - DrMCD
This is the second best I've ever 안성 출장샵 read. Read about player reviews, 대구광역 출장샵 their themes, bonuses and more to 광양 출장안마 get 구리 출장마사지 the most out of each experience you 이천 출장안마 will
Posting Komentar