Feeds RSS

Senin, 03 Desember 2012

keanekaragaman hayati


Keanekaragaman hayati / biodiversitas merupakan himpunan seluruh populasi penghuni biosfer, yaitu yang terdiri dari seluruh wilayah udara, tanah, dan air tempat makhluk hidup tinggal. Di dalam makhluk hidup terkandung plasma nuftah (germ plasm), yaitu kisaran keanekaragaman genetic dari individu liar sampai individu budidaya. Penyebab utama keanekaragaman makhluk hidup ini adalah gen.
1. Tingkat keanekaragaman hayati
a. Keanekaragaman hayati tingkat gen
Keanekaragaman yang menyebabkan variasi antarindividu pada bentuk, penampilan, warna, ataupun hal lainnya, yang masih berada dalam tingkat spesies yang sama. Gen merupakan materi di dalam sel yang mengatur dan mengendalikan sifat atau penampilan suatu makhluk hidup. Setiap makhluk hidup mempunyai susunan gen yang berbeda-beda.
Contohnya : kelapa macamnya yaitu kelapa gading; kopyor; hidrid; dan kelapa hijau, mangga macamnya mangga tali jiwo; gadung; golek; dan arumanis, padi macamnya padi IR; sedani; wulu; dan kapuas.
b. Keanekaragaman hayati tingkat jenis/spesies
Keanekaragaman yang menyebabkan variasi antarspesies, lebih mudah diamati karena perbedaan lebih menyolok. Keanekaragaman hayati tingkat spesies dapat diamati pada tingkat takson yang lebih tinggi dari spesies seperti genus dan familia.
Contohnya : variasi famili Palmae antara lain kelapa; siwalan, aren dan pinang: variasi famili Graminae antara lain padi, gandum, tebu, dan jagung: spesies pada genus Pandanus: spesies pada familia Arecaceae.
c. Keanekaragaman Ekosistem
Dari semua variasi yang ada pada setiap tingkat jenis akan mempunyai tempat hidup yang berbeda, tempat hidup ini akan membentuk ekosistem yang berbeda pula. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem melibatkan komponen fisik dan komponen kimia (komponen abiotik) dan komponen biotic, sebagai penyusun dari ekosistem itu sendiri. Komponen fisik misalnya iklim, air, tanah, udara, cahaya, suhu, kelembapan, topografi, dan geologi. Komponen kimia misalnya, keasaman, kandungan mineral, dan salinitas. Sedangkan, komponen bioticnya adalah makhluk hidup.
Contohnya : kelapa ekosistemnya di daerah pantai, siwalan ekosistemnya di daerah kering, aren ekosistemnya di daerah rawa.
2. Manfaat mempelajari keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati telah banyak dipelajari oleh menusia sejak zaman dahulu. Hal tersebut dilakukan selain untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan juga untuk keperluan kesehatan dan pengobatan suatu penyakit. Contohnya seperti sirih, lengkuas, kumis kucing, dan Pennicillium. Manfaat mempelajari keanekaragaman hayati antara lain:
a. mengetahui manfaat masing-masing jenis bagi kehidupan manusia
b. mengetahui adanya saling ketergantungan makhluk hidup
c. mengetahui ciri-ciri dan sifat masing-masing jenis
d. mengetahui kekerabatam antar makhluk hidup
e. mengetahui manfaat keanekaragaman dalam mendukung kelangsungan hidup manusia
3. Pelestarian keanekaragaman hayati
a. Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui usaha pelestarian
1. Tebang pilih, yaitu penebangan pohon secara selektif (terpilih) bagi pohon-pohon yang memenuhi persyaratan untuk ditebang, baik dari segi umur, ketersediaan jenisnya, maupun jumlahnya.
2. Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan bekas tebangan dengan tumbuhan yang masih muda.
3. Perburuan musiman, yaitu pemanfaatan SDA pada musim tertentu, yaitu menghindari berburu pada musim kawin, masa hamil, atau masa beranak.
4. Penganekaragaman bahan pangan, yaitu pemanfaatan SDA sebagai bahan pangan secara bervariasi dengan menghindari penggunaan bahan makanan satu jenis saja sehingga tidak menghabiskan jenis tersebut.
b. Pelestarian keanekaragaman hayati melalui usaha perlindungan
1. Perlindungan alam, dalam usaha menjaga kelestarian alam. Ada 2 cara, yaitu:
a) pelestarian in situ,
yaitu pelestarian alam di habitat aslinya. Misalnya taman wisata, taman nasional, dan hutan lindung.
b) pelestarian ex situ,
pelestarian alam bukan di habitat aslinya. Misalnya kebun koleksi, kebun botani, kebun binatang, dan kebun plasma nuftah.
2. Macam-macam perlindungan alam
a) perlindungan alam umum,
yaitu secara terbimbing oleh para ahli atau diarahkan (seperti Kebun Raya Bogor dan Taman Nasional), dan secara ketat yang sesuai kehendak alam tanpa adanya campur Tangan manusia kecuali jika diperlukan..
b) perlindungan alam khusus,
yaitu yang ditujukan kepada satu atau beberapa unsure alam tertentu. Contohnya: perlindungan botani, perlindungan zoology, perlindungan geologi, perlindungan alam antropologi, dan perlindungan ikan.
c) Perlindungan satwa langka,
yaitu yang dikenal dengan suaka marga satwa. Cara pelestariannya diantaranya:
1) dibuat undang-undang perburuan serta tindakan hukuman bagi pelanggar.
2) membiarkan hewan-hewan langka yang hamper punah.
3) memindahkan hewan langka yang hamper punah ke habitat yang lebih cocok.
4. Mempelajari keanekaragaman hayati tanpa dan dengan cara klasifikasi
Bila kita mempelajari keanekaragaman hayati tanpa klasifikasi, akan memungkinkan terjadinya kerancuan pengertian dalam menunjuk suatu jenis makhluk hidup, misalnya burung gereja di Belanda musch, di Inggris house sparrow, di Amerika english sparrow, di Spanyol gorrion, di Jerman hausspreling. Bahkan dalam satu negara sering dijumpai spesies hewan atau tumbuhan memiliki nama daerah berbeda-beda, misalnya burung merpati di Jawa Tengah doro, di Madura dere, di Bali kedis dedare, dan di Jawa Barat japati.
Namun, bila kita mempelajari keanekaragaman hayati dengan klasifikasi, maka akan memperoleh kemudahan dan keseragaman dalam menunjuk suatu jenis.
5. Keanekaragaman hayati di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat keanekaragaman hayatinya paling tinggi di dunia. Contoh lain adalah Negara Brazil. Meski luas Negara kita hanya 1.3% dari luas duniea, tetapi 10% hutan di dunia berada di Indonesia, sehingga Negara kita disebut Mega Diversity Country.
Indonesia memiliki kodisi fisik (lingkungan abiotik) yang sangat bervariasi, sehingga menuntut hewan dan tumbuhan yang hidup di dalamnya untuk beradaptasii dengan cara yang berbeda-beda agar dapat bertahan hidup. Keadaan lingkungan abiotik yang sangat bervariasi menjadikan Indonesia kaya akan hewan dan tumbuhan. Lingkungan abiotik dan biotik yang khas menyebabkan munculnya makhluk hiidup yang khas pula. Bahkan ada tanaman-tanaman dan hewan-hewan tertentuu yang hidup di daerah-daerah tertentu pula, contohnya burung Cenderawasih di Irian jaya, burung Maleo di Sulawesi, Komodo di Pulau Komodo, Bunga Bangkai di Sumatra.
6. Aktivitas manusia dan keanekaragaman hayati
Adapun aktivitas manusia yang dapat membuat keanekaragaman hayati menjadi berkurang, yaitu akibat eksploitasi SDA yang berlebihan, sehingga bumi menjadi rusak. Misalnya saja dapat mengakibatkan terjadinya erosi, polusi udara-tanah-air, hujan asam pemanasan global, dan banyaknya spesies yang terancam punah..
7. Klasifikasi
Pengklasifikasian telah lama dilakukan oleh para ahli, yang pertama kali Aristoteles dan Theophrastus. Aristoteles memperkenalkan 520 jenis hewan dalam buku Historia Animalium dan Theophrastus memperkenalkan 480 jenis tumbuhan dalam buku Historia Plantarum. Sistem klasifikasi ada 3 macam yaitu:
a. Sistem klasifikasi alamiah oleh Theophratus dalam bahasa latin Polinomial.
b. Sistem klasifikasi buatan oleh Carolus Linnaeus dalam bahasa latin Binomial.
c. Sistem klasifikasi filogenetik oleh Charles Darwin dalam bahasa latin Binomial.
8. Perkembangan Klasifikasi
Ilmu pengetahuan semakin berkembang dari masa ke masa. Perkembangan ini sering menuntut perubahan dalam klasifikasi, khususnya pada tingkat kingdom. Setiap sistem klasifikasi yang digunakan harus bersifat eksklusif dan inklusif. Sistem klasifikasi dibuat untuk memudahkan kita mempelajari keanekaragaman hayati di dunia ini. Perkembangan sistem klasifikasi menunjukkan bagaimana para ilmuwan bekerja yaitu terbuka untuk perubahan dalam hal-hal yang baru. Dewasa ini kita telah memiliki Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature) dan Kode Internasional Tata Nama Hewan (International Code of Zoological Nomenclature).
Cara Menulis Nama Jenis
a. Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam menulis nama jenis/spesies dengan sistem tata nama ganda adalah sebagai berikut:
- Huruf pertama dari kata yang menyebutkan marga (genus) ditulis dengan huruf besar, sedangkan untuk kata penunjuk jenis (spesies) ditulis dengan huruf kecil semua.
Contoh: Zea mays, Zea : genus, mays : spesies.
- Bila nama jenis ditulis dengan tangan atau ketik, harus diberi garis bawah pada kedua kata nama tersebut. Namun bila dicetak harus memakai huruf miring.
Contoh: Zea mays bila diketik, Zea mays bila diketik.
- Bila nama penunjuk jenis lebih dari dua kata, kedua kata terakhir tersebut harus dirangkaikan dengan tanda penghubung.
Contoh: Hibiscus rosa sinensis menjadi Hibiscus rosa-sinensis.
- Bila nama jenis itu diberikan untuk mengenang jasa orang yang menemukannya maka nama penemu dapat dicantumkan pada kata kedua dengan menambahkan hisuf (i) di belakangnya.
Contohnya antara lain tanaman pinus yang ditemukan Merkus, maka nama tanaman itu Pinus merkusii. Dapat juga apabila ada spesies yang ditemukan Linnaeus maka di belakang bisa di beri tanda (L.)
b. Nama kelas/genus adalah nama genus + nae. Contoh: Equisetum + nae menjadi Kelas Equisetinae
c. Nama Famili adalah nama genus + aceae. Contoh: Canna + aceae menjadi Famili Cannaceae
d. Nama Ordo adalah nama genus + ales. Contoh: Zingiber + ales menjadi Ordo Zingiberales
e. Nama Classis adalah didasarkan atas cirri-ciri alami yang khas. Contoh: tumbuhan berbiji satu (Monocotyledoneae), tumbuhan berbiji dua (dicotyledoneae), binatang menyusui (Mammalia), dan binatang melata (Reptilia).
f. Nama Divisio/Phylum, Divisio hanya pada tumbuhan dan jamur (fungi). Pengelompokkan berdasarkan cirri khas anggota division. Penulisannya, diakhiri dengan phyta untuk tumbuhan, dan mycota untuk jamur. Dan Phylum hanya pada hewan.
g. Nama Kingdom/Regnum, Kingdom untuk kelompok hewan, dan Regnum untuk kelompok tumbuhan yang memiliki tingkat takson tertinggi.
9. Kunci Determinasi sederhana/ Kunci Anatitik
Merupakan metode untuk menentukan tingkat takson suatu makhluk hidup, yaitu didasarkan atas cirri-ciri morfologisnya. Makhluk hidup yang ingin diketahui tingkat taksonnya disebut specimen.
10. Klasifikasi makhluk hidup versi Whittaker
Robert H.B. Whittaker pada tahun 1969, mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 5 kingdom. Yaitu monera, protista, fungi, plantae, dan animalia.


Solanum torvum (Rimbang)



Solanum torvum (Rimbang)

Akar à tipe perakarannya adalah perakaran tunggang yang akar nya termasuk akar tunggang bercabang.

Batang à memiliki batang berwarna hijau. Batang jelas sehingga digolongkan ke dalam tipe batang perdu. Bentuk dan permukaan batang bulat dan berbulu halus dan tidak terspesialisasi.

Daun à *  warna daun hijau dan daun tunggal. Termasuk daun tidak lengkap tapi daun bertangkai karena daun hanya terdiri dari tangkai dan helaian daun.
·         ujung daun meruncing dan pangkal daun bertoreh
·         bangun daun seperti bulat telur
·         tepi helaian daun mempengaruhi bentuk karena dalamnya torehan yang kurang dari setengah panjang tulang cabang.

Bunga à * termasuk bunga majemuk dan majemuknya adalah majemuk campuran karena pada satu tangkai terdapat lebih dari satu bunga.
·         sepal bunga berwarna hijau berjumlah lima dan berlekatan.
·         Simetri pada sepal nya adalah radial simetri dan aestivasinya adalah berkatup.
·         Petal berwarna putih berjumlah lima dan berlekatan.
·         Stamen berjumlah sama dengan petal.

Buah à * berwarna hijau dan bulat
·         merupakan buah sejati majemuk.

Biji à biji banyak, kecoklatan, kusam, rata, berbentik cakram, 1, 5-2 mm, sedikit retikular

Rumus Bunga à       K5 C(5) A(5) G1


Diagram Bunga













Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa.
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam (bahasa Jawa mlungker) seperti tangkai biola (disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma.
Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Adiantum venustum. Tumbuh di Eropa.
Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul.
           


Jaringan Tumbuhan




Seperti pada hewan, tubuh tumbuhan pun terdiri dari sel-sel. Sel-sel tersebut akan berkumpul membentuk jaringan, jaringan akan berkumpul membentuk organ dan seterusnya sampai membentuk satu tubuh tumbuhan. Di sini akan dibahas macam-macam jaringan dan organ yang membentuk tubuh tumbuhan.
Jaringan tumbuhan dapat dibagi 2 macam :
1. Jaringan meristem
2. Jaringan dewasa
JARINGAN MERISTEM
Jaringan Meristem
Jaringan meristem adalah jaringan yang terus menerus membelah.

Jaringan meristem dapat dibagi 2 macam:

1. Jaringan Meristem Primer

Jaringan meristem yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan embrio.
Contoh: ujung batang, ujung akar. Meristem yang terdapat di ujung batang dan ujung akar disebut meristem apikal. Kegiatan jaringan meristem primer menimbulkan batang dan akar bertambang panjang.
Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer.

2. Jaringan Meristem Sekunder

Jaringan meristem sekunder adalah jaringan meristem yang berasal dari jaringan dewasa yaitu kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan jaringan meristem sekunder disebut pertumbuhan sekunder. Kegiatan jaringan meristem menimbulkan pertambahan besar tubuh tumbuhan. Contoh jaringan meristem skunder yaitu kambium.
Kambium adalah lapisan sel-sel tumbuhan yang aktif membelah dan terdapat diantara xilem dan floem.
Aktivitas kambium  menyebabkan pertumbuhan skunder, sehingga batang tumbuhan menjadi besar . Ini terjadi pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae(tumbuhan berbiji terbuka ).
Pertumbuhan kambium kearah luar akan membentuk kulit batang, sedangkan kearah dalam akan membentuk kayu.Pada masa pertumbuhan, pertumbuhan kambium kearah dalam lebih aktif dibandingkan pertumbuhan kambium kearah luar, sehingga menyebabkan kulit batang lebih tipis dibandingkan kayu.
Berdasarkan letaknya jaringan meristem dibedakan menjadi tiga yaitu meristem apikal, meristem interkalar dan meristem lateral.

Meristem apikal
adalah meristem yang terdapat pada ujung akar dan pada ujung batang. Meristem apikal selalu  menghasilkan sel-sel untuk tumbuh memanjang.Pertumbuhan memanjang akibat aktivitas meristem apikal disebut pertumbuhan primer. Jaringan yang terbentuk dari meristem apikal disebut jaringan primer.

Meristem interkalar
atau meristem antara adalah meristem yang terletak diantara jaringan meristem primer dan jaringan dewasa. Contoh tumbuhan yang memiliki meristem interkalar adalah batang rumput-rumputan (Graminae). Pertumbuhan sel  meristem  interkalar menyebabkan pemanjangan batang lebih cepat, sebelum tumbuhnya bunga.
Meristem lateral atau meristem samping adalah meristem yang menyebabkan pertumbuhan skunder. Pertumbuhan skunder adalah proses pertumbuhan yang menyebabkan bertambah besarnya  akar dan batang tumbuhan. Meristem lateral disebut juga sebagai kambium. Kambium terbentuk dari dalam jaringan meristem yang telah ada pada akar dan batang dan membentuk jaringan skunder pada bidang yang sejajar dengan akar dan batang.

JARINGAN DEWASA

Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah berhenti membelah.

Jaringan dewasa dapat dibagi menjadi beberapa macam :

1. Jaringan Epidermis
Jaringan Epidermis
Jaringan yang letaknya paling luar, menutupi permukaan tubuh tumbuhan. Bentuk jaringan epidermis bermacam-macam. Pada tumbuhan yang sudah mengalami pertumbuhan sekunder, akar dan batangnya sudah tidak lagi memiliki jaringan epidermis. Fungsi jaringan epidermis untuk melindungi jaringan di sebelah dalamnya.

2. Jaringan Parenkim
Jaringan Parenkim
Nama lainnya adalah jaringan dasar. Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim.
Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim dibedakan menjadi beberapa macam antara lain:
1. Parenkim asimilasi (klorenkim).
2. Parenkim penimbun.
3. Parenkim air
4. Parenkim penyimpan udara (aerenkim).

1. Parenkim asimilasi (klorenkim) adalah sel parenkim yang mengandung klorofil dan berfungsi untuk fotosintesis.
2. Parenkim penimbun adalah sel parenkim ini dapat menyimpan cadangan makanan yang berbeda sebagai laru
tan di dalam vakuola, bentuk partikel padat, atau cairan di dalam sitoplasma.
3. Parenkim air adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air. Umumnya terdapat pada tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen.
4. Parenkim udara (aerenkim) adalah jaringan parenkim yang mampu menyimpan udara karena mempunyai ruang antar sel yang besar. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan hidrofit.

3. Jaringan Penguat/Penyokong

Nama lainnya stereon. Fungsinya untuk menguatkan bagian tubuh tumbuhan. Terdiri dari kolenkim dan sklerenkim.

a. Kolenkim
Sebagian besar dinding sel jaringan kolenkim terdiri dari senyawa selulosa merupakan jaringan penguat pada organ tubuh muda atau bagian tubuh tumbuhan yang lunak.
b. Sklerenkim
Selain mengandung selulosa dinding sel, jaringan sklerenkim mengandung senyawa lignin, sehingga sel-selnya menjadi kuat dan keras. Sklerenkim terdiri dari dua macam yaitu serabut/serat dan sklereid atau sel batu. Batok kelapa adalah contoh yang baik dari bagian tubuh tumbuhan yang mengandung serabut dan sklereid.

4. Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut bertugas mengangkut zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Ada 2 macam jaringan; yakni xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh lapis/pembuluh kulit kayu.
Xilem bertugas mengangkut air dan garam-garam mineral terlarut dari akar ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Xilem ada 2 macam: trakea dan trakeid.
Floem bertugas mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.

5. Jaringan Gabus
Jaringan Gabus
Fungsi jaringan gabus adalah untuk melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan banyak air, mengingat sel-sel gabus yang bersifat kedap air. Pada Dikotil, jaringan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau felogen, pembentukan jaringan gabus ke arah dalam berupa sel-sel hidup yang disebut feloderm, ke arah luar berupa sel-sel mati yang disebut felem.

Jaringan pada tumbuhan

Jaringan tumbuhan dikategorikan menjadi tiga jaringan pokok:
  • jaringan epidermis, jaringan yang melingkupi daun dan bagian-bagian tumbuhan yang masih muda;
  • jaringan pengangkut, mencakup jaringan-jaringan yang membentuk pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem); dan
  • jaringan penyokong, meliputi tiga jaringan dasar, yaitu parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
Semua jaringan tumbuhan berasal dari jaringan sel-sel punca yang dikenal sebagai jaringan meristem.

 

Tipe jaringan

  • Jaringan epidermis - jaringan paling luar yang membungkus tumbuhan
  • Jaringan pengangkut - berperan dalam pengangkutan di dalam tubuh tumbuhan
  • Jaringan tanah - melakukan fotosintesis, penyimpanan makanan, dan penyokong struktur.
    • Parenkim - Dinding primer tipis, tidak memiliki dinding sekunder; dapat berkembang menjadi jaringan tumbuhan yang lebih terspesialisasi.
    • Kolenkim - Dinding primer yang tebal, bergabung untuk menyokong bagian tumbuhan yang sedang tumbuh.
    • Sklerenkim - Dinding sekunder tebal, menyokong bagian tumbuhan yang tidak tumbuh.


katak


Kodok (bahasa Inggris: frog) dan katak alias bangkong (b. Inggris: toad) adalah hewan amfibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Anak-anak biasanya menyukai kodok dan katak karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan. Hanya orang dewasa yang kerap merasa jijik atau takut yang tidak beralasan terhadap kodok.
Kedua macam hewan ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya.
Kehidupan kodok dan katak
Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil.Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun.
Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong (b. Inggris: tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil.
Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
  • http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7d/Frogspawn_closeup.jpg/120px-Frogspawn_closeup.jpg
Telur kodok
  • http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bb/Tadpoles_10_days.jpg/120px-Tadpoles_10_days.jpg
Dua ekor berudu
  • http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/0/05/Fejer_limnoc_050316_046_resize.jpg/120px-Fejer_limnoc_050316_046_resize.jpg
Habitat dan makanan
Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat (temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ab/Dendrobates_pumilio.jpg/220px-Dendrobates_pumilio.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png
Dendrobates pumilio, kodok berukuran 18–22 mm dengan kulit beracun dari Amerika Tengah.
Hewan ini dapat ditemui mulai dari hutan rimba, padang pasir, tepi-tepi sungai dan rawa, perkebunan dan sawah, hingga ke lingkungan pemukiman manusia. Bangkong kolong, misalnya, merupakan salah satu jenis katak yang kerap ditemui di pojok-pojok rumah atau di balik pot di halaman. Katak pohon menghuni pohon-pohon rendah dan semak belukar, terutama di sekitar saluran air atau kolam.
Kodok memangsa berbagai jenis serangga yang ditemuinya. Kodok kerap ditemui berkerumun di bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkapi serangga-serangga yang tertarik oleh cahaya lampu tersebut.
Sebaliknya, kodok juga dimangsa oleh pelbagai jenis makhluk yang lain: ular, kadal, burung-burung seperti bangau dan elang, garangan, linsang, dan juga dikonsumsi manusia.
Kodok membela diri dengan melompat jauh, mengeluarkan lendir dan racun dari kelenjar di kulitnya; dan bahkan ada yang menghasilkan semacam lendir pekat yang lengket, sehingga mulut pemangsanya akan melekat erat dan susah dibuka.
Reproduksi
Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau berair.
Kodok dan manusia
Sudah sejak lama kodok dikenal manusia sebagai salah satu makanan lezat. Di rumah-rumah makan Tionghoa, masakan kodok terkenal dengan nama swie kee. Disebut 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok.
Katak berperan sangat penting sebagai indikator pencemaran lingkungan. Tingkat pencemaran lingkungan pada suatu daerah dapat dilihat dari jumlah populasi katak yang dapat ditemukan di daerah tersebut. Latar belakang penggunaan katak sebagai indikator lingkungan karena katak merupakan salah satu mahluk purba yang telah ada sejah ribuan tahun lalu. Jadi katak tetap exist dengan perubahan iklim bumi. Tentunya hanya pengaruh manusialah yang mungkin menyebabkan terancamnya populasi katak. Salah satunya adalah pembuangan limbah berbahaya oleh manusia ke alam. Limbah berbahaya inilah yang bisa mengancam keberadaan katak pada daerah yang tercemar. Selain itu, karena pentingnya kedudukan katak dalam rantai makanan, maka pengurangan jumlah katak akan menyebabkan terganggunya dinamika pertumbuhan predator katak. Bahkan terganggunya populasi katak dapat berakibat langsung dengan punahnya predator katak.
Akan tetapi yang lebih mengancam kehidupan kodok sebenarnya adalah kegiatan manusia yang banyak merusak habitat alami kodok, seperti hutan-hutan, sungai dan rawa-rawa. Apalagi kini penggunaan pestisida yang meluas di sawah-sawah juga merusak telur-telur dan berudu katak, serta mengakibatkan cacat pada generasi kodok yang berikutnya.Jenis-jenis kodok dan katak
Beberapa jenis kodok yang umum didapatkan di Indonesia, di antaranya adalah
Kodok hutan:
Berikut adalah beberapa jenis kodok yang berstatus kritis dan terancam di Indonesia.